Senin, 14 Februari 2011

Yakinlah bahwa hidup ini selalu "Penuh dengan Kebahagiaan" yang diberikan oleh Tuhan lewat setiap kejadian...

www.haqqanirabbani.asia

Selamat bermaulid Nabi Saw. 12 Rabbiul Awwal 1432 H.
bagi para pecinta Insan Teragung dan Termulia,
Allahumma shalli wa sallim wa barik 'alaa sayyidinaa wa maulaanaa Muhammad,
wa 'alaa aalihi wa shahbihi wa man tabi'ahu bi ihsaanin ilaa yaumid-Diin

Jumat, 11 Februari 2011

Kembali Kepada Allah....

Mintalah selalu ampunan dan perlindungan atas segala dosa yang telah dilakukan maupun dosa yang akan datang. Mintalah kekuatan untuk taat kepada Allah, mintalah kekuatan untuk dapat melakukan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya, dapat rela dan senang terhadap kesusahan dan ketentuan takdir-Nya, dapat sabar di dalam menghadapi malapetaka, dapat mensyukuri karunia-Nya, dapat mati di dalam keadaan iman dan baik, serta dapat bersatu dengan golongan para Nabi, orang-orang besar, para syuhada dan orang-orang yang diridhai, karena merekalah sebaik-baik rekan dan teman.

Hendaklah kamu meminta rasa senang dengan apa yang telah ditentukan-Nya, meminta perlindungan yang kekal untuk berada di dalam suasana dan keadaan yang telah ditentukan-Nya, dan meminta untuk tidak dipindahkan ke lain suasana atau keadaan yang berlawanan (perasaan tidak senang). Sebab, kamu tidak mengetahui letak kebaikan itu, apakah di dalam keadaan kaya atau miskin? Apakah di dalam kesusahan atau kesenangan?
Allah merahasiakan pengetahuan tentang itu kepadamu. Dia saja yang mengetahui baik dan buruknya suatu perkara.

Diriwayatkan bahwa Umar bin Khatab berkata, "Keadaan yang aku lihat di pagi hari tidak menjadi permasalahan bagiku, baik hal itu membawa apa yang aku sukai maupun tidak, karena aku tidak tahu di mana letak kebaikan itu."
Ia mengatakan hal itu, karena ia ridha dengan apa saja yang diperbuat oleh Allah, dan hatinya puas dengan ketentuan dan pilihan Allah.

Allah berfirman:
"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. al-Baqarah:216)

Allah mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak baik, sedangkan kamu tidak mengetahuinya.
Tetaplah tinggal dalam keadaan seperti itu sampai keinginan hawa nafsumu musnah dan ego atau dirimu hancur, hina dan dapat dikuasai dan ditaklukkan. Setelah itu, tujuan, keinginanmu dan semua yang wujud akan keluar dari dalam hatimu serta tidak ada yang tinggal lagi di dalamnya, kecuali Allah Swt. Ketika itu, hatimu akan dipenuhi dengan kecintaan kepada Allah, dan niatmu untuk mencapai-Nya akan menjadi ikhlas.

Dengan menjalankan perintah-Nya, maka tujuan dan kehendakmu akan dikembalikan lagi kepadamu untuk menikmati dunia dan akhirat. Kemudian, semua itu akan kamu pinta dari Allah, dan kamu akan mencarinya dengan patuh kepada Allah dan sejalan dengan Allah Allah Swt. Jika Dia memberikan karunia kepadamu, maka bersyukurlah, dan jika Dia mengambil kembali karunia itu, maka kamu tidak berkecil hati dan menyalahkan Allah. Jiwa dan pikiranmu akan tenang dan damai, karena dalam mencarinya bukan didasarkan pada keinginan dan hawa nafsumu, lantaran hatimu telah kosong dari keinginan dan hawa nafsu, dan kamu tidak melayani keinginanmu terhadap perkara-perkara itu, tetapi semata-mata hanya mengikuti perintah Allah melalui doamu kepada-Nya. Semoga ketenteraman dan kedamaian dilimpahkan kepadamu...Amin

Syekh Abdul Qadir al-Jilani

Rabu, 20 Oktober 2010

Hidup ini bagaikan samudera lautan. Semakin ke tengah akan semakin besar ombaknya. Tapi justru ombak yang besar itu mengisyaratkan bahwa di dalamnya terdapat ikan-ikan yang sangat besar pula. Berbeda dengan pinggiran pantai yang ombaknya hanya riak saja, ikannya pun sekedarnya saja.
Setiap masalah itu ada masanya dan pasti akan berakhir. Jadi hadapi saja semua masalah dengan tulus & ikhlas, karena di dalamnya pasti ada karunia yang besar pula...

.......

Kamis, 07 Oktober 2010

Prasangka Baik

Berbaik sangkalah kepada Tuhanmu dalam setiap keadaan, dan janganlah berburuk sangka, sebab engkau tidak tahu keadaanmu pada akhir hayatmu dan dalam setiap tarikan nafas yang keluar darimu. Dan engkau tidak tahu apakah engkau meninggal serta menemui Allah dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah atau dalam keadaan berburuk sangka kepada-Nya. Engkaupun tidak tahu bahwa mungkin saja Allah menggenggammu pada suatu tarikan nafas yang keluar darimu itu.
Yang demikian itu dikenal di kalangan para ulama yang sungguh-sungguh mengenal Allah, karena mereka selalu bersama Allah dalam setiap tarikan nafas mereka.

Di dalam prasangka baik itu terdapat faedah dan pengetahuan tentang Allah, yakni bahwa engkau telah memenuhi dan menunaikan hak-Nya. Diriwayatkan dari Rasulullah Saw. bahwa Dia berfirman: "Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Karena itu berbaik sangkalah kepada-Ku."
Dan berbaik sangka tidaklah khusus berlaku hanya pada waktu tertentu saja, tapi dalam setiap detik keadaan.

(Wasiat-wasiat Ibn Arabi)

Rabu, 18 Agustus 2010

TUHAN MAHA CINTA....

tahukah Tuhanmu selalu hidup di dalam hatimu
cinta dariNya menjawab semua masalahmu
Dia mendengar melihat dan selalu berfirman
perangi neraka di dalam hatimu
damaikan jiwamu dengan cinta Dia
memberi yang ikhlas kepada yang butuh
bersyukurlah terus tanpa kenal waktu

serukan, ikhlaskan, pasrahkanlah hanya kepadaNya
cintaNya adalah jawabanNya karena Tuhanlah Maha Cinta
karena Tuhanlah Maha Cinta

(Nidji)

Sabtu, 26 Juni 2010

3 faktor Pembentuk Kepribadian

- jadilah manusia paling BAIK di sisi ALLAH
- jadilah manusia yg paling BURUK dlm pandangan dirimu
- jadilah manusia BIASA di hadapan orang lain…
(Nashaihul ibad)

"Yang terpenting bukannya tercapainya apa yang engkau cari, tetapi yang penting adalah engkau dilimpahi rizki adab yang baik"
Yang baik adalah terwujudnya apa yang diinginkan (sukses), tetapi lebih penting dari itu semua kita dikaruniai adab yang bagus. Baik adab dengan Allah, adab dengan Rasulullah Saw, adab dengan para Ulama, adab dengan diri sendiri, sahabat, keluarga, anak dan isteri, dan adab dengan sesama makhluk Allah Ta'ala..
sufinews.com

Minggu, 16 Mei 2010

Menikmati Indahnya Taraqqi dan Tanazul

Taraqqi dan tanazul adalah dua istilah yang sering digunakan dalam menggambarkan relasi antara hamba dengan Tuhan. Taraqqi diartikan sebagai perjalanan spiritual seorang hamba dalam upaya mendaki mendekati Tuhannya. Sedangkan tanazul ialah respons positif dari Tuhan terhadap upaya yang penuh kesungguhan (mujahadah) seorang hamba yang digambarkan seolah-olah Tuhan turun menjemput kekasih-Nya.

Taraqqi dan
tanazul merupakan proses sebab-akibat yang terjadi antara sang pencari dan yang dicari, antara yang sang pencinta dan yang dicintai, atau antara abid dan mabud. Taraqqi bisa melalui berbagai bentuk ibadah mahdhah atau media pengabdian sosial yang penuh keikhlasan.
Substansi taraqqi adalah mujahadah seorang hamba yang penuh keikhlasan dan tawakkal sehingga betul-betul seluruh harapan dan tujuan hidup tertuju kepada Allah Swt. Sedangkan substansi
tanazul ialah Allah Swt menampilkan sifat-sifat jamaliyah (feminine), pengasuhan, kelembutan dan kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya.

Cepat atau lambat, tinggi atau rendahnya pendakian (taraqqi) seorang hamba sangat tergantung kepada intensitas mujahadah seorang pendaki. Intensitas taraqqi juga ikut menentukan intensitas
tanazul-Nya Tuhan. Jika sang pendaki lebih cepat tentu lebih cepat sampai kepada tujuannya. Jika sang pendaki konsisten (istiqamah) maka tidak mustahil akan mencapai tujuan lebih cepat dari waktu yang diperkirakan. Namun tidak gampang melakukan pendakian itu, karena di sana-sini banyak godaan, dan godaannya pun lebih berat, karena semakin tinggi tingkat pencarian seseorang, semakin berat cobaannya. Oleh karena itu Allah Swt memberikan penghargaan kepada hamba-Nya yang selalu mengupayakan pendakian.

Dalam Hadis Qudsi disebutkan "Barangsiapa hamba-Ku mendekati-Ku (taraqqi) sejengkal maka Aku akan mendekatinya (
tanazul) sesiku, barangsiapa mendekati-Ku sesiku maka akan Aku dekati sedepa dan seterusnya. Barangsiapa hamba-Ku mendekati-Ku berjalan maka Aku akan mendekatinya berlari." Ini buktinya Allah Swt Maha Pengasih lagi Maha Penyayang (al-Rahman al-Rahim).

Kiat-kiat untuk menjadi seorang pendaki yang baik tentu pertama kali harus mengamalkan dengan baik seluruh rangkaian ajaran Islam secara komprehensif dan dengan penuh keikhlasan, ketulusan, dan kepasrahan. Setelah itu sang pendaki harus melengkapi diri dengan asesori spiritual, seperti merawat mulut dengan dzikir, baca Al-Quran, dan tidak bicara melainkan benar, bermakna, dan menjauhi kebohongan, kepalsuan, kamuflase, kemunafikan, ledakan amarah, mengumpat, dan memfitnah; merawat telinga dengan mendengarkan lantunan bacaan Al-Quran, syair-syair dan lagu-lagu spiritual yang mendekatkan diri kepada Sang Khaliq Yang Maha Terpuji; merawat pikiran dengan positive thinking dan logika yang lurus; dan merawat hati dengan dzikir qalbu, muhasabah, tafakkur, dan tadzakkur. Langkah selanjutnya ialah istiqamah didalam melakukan amalan-amalan utama (riyadhah) kepada Allah Swt. Sedapat mungkin tidak meninggalkan ibadah-ibadah sunnah, mencegah agar dirinya tidak terkontaminasi oleh pikiran-pikiran liar, keinginan nafsu syahwat, dan pengaruh negatif lainnya.

Setelah semuanya ini menjadi rutin maka secara otomatis akan ada kekuatan spiritual yang bekerja di dalam diri untuk melanjutkan kebiasaan itu. Selanjutnya yang bersangkutan akan berada pada posisi dan keadaan tidak mampu lagi membedakan antara ibadah-ibadah sunnat dan wajib. Jika ia meninggalkan ibadah sunnat perasaannya seperti meninggalkan ibadah wajib. Jika misalnya meninggalkan salah satu wirid rutinnya maka seperti ada sesuatu yang hilang atau kurang di dalam dirinya, seperti rasanya kalau meninggalkan ibadah fardu. Ini artinya yang bersangkutan sudah melakukan taraqqi dan Yang Di Sana sudah melakukan
tanazul, dan sebentar lagi akan terjadi pertemuan (liqa).

(Prof.Dr. Nasaruddin Umar, MA. - Harian Pelita)