Senin, 18 Februari 2008

Bergegas Menuju ALLAH...

Sesungguhnya setiap orang adalah pejalan yang sedang menempuh perjalanan menuju Allah. Sayangnya, memang tak semua orang menyadari posisinya sebagai pejalan. Hanya orang-orang yang “sadar” yang menyadari dirinya sebagai pejalan. Ukuran kesadaran di sini bukan ketaatan dalam melaksanakan syariat, melainkan “kesadaran diri” bahwa dia sedang menuju kepada-Nya.

Tak mudah tentu membangun kesadaran diri sebagai pejalan, kendati bukan tak bisa sama sekali. Kesadaran diri bisa dibangun lewat proses pembelajaran ilmu-ilmu ketuhanan, dan lewat zikir di bawah bimbingan seorang Mursyid (guru pembimbing). Itu antara lain. Namun untuk menuju Allah juga bukan jalan yang mudah.

Ada lima syarat yang harus dipenuhi oleh para pejalan agar sampai ke Allah, yaitu memiliki bekal, memiliki senjata, memiliki kendaraan, memiliki Mursyid (guru pembimbing), dan memiliki saudara seperjalanan.

Memiliki bekal maksudnya adalah bekal takwa. Dengan jelas Allah menyatakan "Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (Al Baqarah: 197). Dan yang dimaksud dengan takwa tidak sebatas takwanya orang yang masih awam melainkan takwa yang sesungguhnya takwa, yakni kesalehan total dalam menghamba kepada-Nya. “Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (An Nuur: 52). Pada titik takwa yang sesungguhnya itulah akan muncul kesadaran diri secara utuh bahwa Allah ada, melihat, dan meliputi hamba-hamba-Nya di manapun berada.

Punya senjata sebagai syarat kedua, adalah keharusan memiliki “alat”. Dan alat bagi seorang salikin adalah zikir yang berfungsi sebagai “pembersih”. Dengan zikir hati bisa menjadi bersih dan lapang dan karena itu akan mampu menghadirkan Allah atau hudurullah. “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari." (Ali ‘Imran: 41).

Namun bila masih mengalami kesulitan untuk menghadirkan Allah, maka Rasulullah Saw. Menganjurkan, “Menyembah Allah seolah-olah engkau melihat Dia. Biarpun engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihat engkau.” (HR Bukhari). Al Quran menegaskan, “Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Maa’idah: 8).

Maka beruntunglah orang-orang yang mampu membersihkan jiwanya dengan mengingat nama Allah. Karena hanya dengan mengingat Allah, api semangat untuk tetap berjalan menuju kepada Allah akan tetap terjaga dan semua jin penggoda yang menjadi penghalang akan menyingkir. “Dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Al Baqarah: 208).

Syarat ketiga memiliki kendaraan (himmah), bermakna tekad atau kemauan yang keras untuk tetap menuju kepada-Nya. Himmah adalah energi yang dibutuhkan agar seseorang bisa menuntaskan perjalanannya. Himmah juga akan membuat seseorang istiqamah dalam menjalani proses yang mesti dilalui. Dengan himmah semua hambatan yang dinamakan kasal (segan), futur (lemah), dan malal (bosan) akan dapat disingkirkan.

Tak kalah penting adalah syarat keempat, yaitu memiliki mursyid (guru pembimbing). Karena berjalan menuju ke manapun, manusia sebaiknya memang didampingi pembimbing untuk menjadi pemimpin bagi perjalanannya agar tak tersesat. Dalam Al Quran dinyatakan, “Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.” (Az Zumar: 23).

Tentu tak mudah memilih seorang mursyid. Karena itu, ketika memutuskan memilih pemimpin hendaknya tidak dilihat dari karomah yang bersangkutan, tapi lebih pada derajat spiritual yang dimiliki. Tanda-tanda lahiriah dari seorang mursyid yang baik, ialah tampak pada syariat dan kesabarannya yang telah mapan.

Syarat terakhir yang harus dipenuhi seorang pejalan adalah memiliki saudara seperjalanan. Pada haji syariat, para jamaah wanita harus didampingi oleh seorang saudara laki-laki yang biasa disebut muhrim. Pentingnya saudara seperjalanan dalam menuju Allah adalah agar ada orang lain yang melihat, menilai, dan mengoreksi kekurangan diri. Saudara seperjalanan yang baik adalah mereka yang telah mendapat nur hidayah dari Allah. Tanda dari orang yang telah mendapat hidayah adalah selalu berlapang dada dalam menghadapi ujian dan persoalan, siap menerima koreksi, dan telah meninggalkan hal-hal yang bersifat keduniaan karena mengutamakan kepentingan akhirat.

Akhirnya, tidak ada jalan lain bagi siapa pun yang ingin selamat dan sampai ke sisi Allah, kecuali mematuhi semua ketentuan yang telah di tetapkan oleh-Nya. (akmaliah.com)


Tidak ada komentar: