Sifat Rububiyah adalah menurun ( tanazul )dari atas ke bawah artinya sifat rububiyah Allah itu selalu mengucur kepada makhluq-NYa setiap saat setiap detik, seperti rahmat, hidayah, kasih sayangNYa.
sebenarnya semua manusia mestinya mendapat semua kucuran sifat rububiyah itu, akan tetapi karena manusia membawa payung masing - masing yang kadarnya tidak sama yaitu nafsu, maka jadilah ada yang mendapat banyak, sedikit dan tidak sama satu dengan yang lain.
Rububiyah yaitu dzat yang maha mendidik akhlaq, dzat yang maha memberi, dzat yang maha mencukupi dan mendidik segala 'alam.
Sifat 'Uluhiyah adalah sifat Allah yang tidak berlaku bagi makhluq, mutlak merupakan milik Allah, yaitu : wujud qidam baqa mukhalafatu lil hawaditsi, qiyamuhu binafsihi dan wahdaniyah.
Uluhiyah adalah dzat yang maha disembah
Sifat 'Uluhiyah ini jika diibaratkan dalam ubudiyah ( af'al, asma' shifat dan dzat ) bersifat naik (taraqi )atau nyedot / menghisap
artinya dalam hakikatnya yang wujud yang ada semua hanya Allah, gak ada makhluq gak ada ke"aku"an kita, gak ada perbuatan kita, gak ada nama kita, gak ada sifat kita, gak ada diri kita, yang ada hanya Allah.
Yang demikian ini sekali lagi pasca melakukan mujahadah total, perang melawan nafsu, sehingga bisa lepas dari ke"aku'an kita,
Abu Ahmad Al Qusyairi berkata:
'Ma'rifah itu menerbitkan rasa malu dan sikap membesarkan Allah, sebagaimana ilmu tauhid mengjarkan ridla dan menyerah kepada Allah SWT'.
Orang yang sudah ma'rifah dan dapat menerapkan ilmu tauhid, sangatlah beradab dan mulia akhlaqnya, karena rasa malunya, orang tersebut senantiasa hudlur dihadirat Allah SWT, sehingga senantiasa menjaga adab dan akhlaq, menjaga wudlunya, memuliakan makhluq, sopan dan santun perkataannya.
Hilanglah sifat diri keakuannya, karena ke"aku"an kita itu sejatinya tidak ada.
ke"aku"an kita adalah ke"DIA"An Dia, yang ada adalah ke"AKU"an sejatinya Allah.
Kondisi tersebut hanya untuk dirinya bukan untuk orang lain, dalam keadaan ekstase ( hilang kesadaran diri ) atau jadzab, biasanya kondisi ini muncul dan pada saat itu orang tersebut sedang dalam puncak dzikir, sehingga fana'lah hamba tinggallah yang didzikirkan.."Allah".
Walaupun begitu disebut dalam kitab al hikam, oleh Syeikh Ibnu Athaillah :
( Sampainya engkau kepada Allah, adalah sampainya engkau kepada pengetahuan mengenaiNYA, dan jikalau tiada yang demikian, Tuhan kita terlalu AGUNG dan SEMPURNA ( yakni mustahil untuk dikatakan ) bahwa berhubung kepadaNYa sesuatu atau berhubung Dia kepada sesuatu )
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar