Selasa, 23 Juni 2009

FIlosofi Jatikluwih

Pada suatu ketika Sunan Kalijogo sedang bersama Sunan Geseng muridnya di suatu tempat, tampaknya mereka sedang asyik berdialog bahkan berdebat mengenai kesejatian hidup, Sunan Kalijogo berkeras bahwa segala kelinuwihan atau kelebihan itu hendaknya bisa mencapai pada kedirian yg sejati atau kedirian yg diakuiNya, sedangkan Sunan Geseng sang murid tidak mau kalah dengan sang guru, beliau mengatakan bahwa sejatinya manusia itu harus mempunyai kelinuwihan atau kelebihan sehingga bisa lebih bermanfaat bagi orang banyak.Tanpa sadar saking serunya kedua kekasih Allah itu berdebat, maka pohon jati yg ada didekat mereka berubah menjadi pohon jati setengah pohon kluwih.

Legenda diatas adalah sebuah pesan moral yang mengandung ajaran adiluhung, lantas manakah yg benar diantara kedua sunan tersebut? tentu saja keduanya benar adanya.
Sunan Kalijogo berpendapat bahwa segala kelebihan atau kelinuwihan baik itu berupa ilmu, harta, pangkat bahkan kesaktian hendaknya bisa dijadikan sebagai kendaraan mencapai kesejatian sejati atau kesadaran Ilahi, kesejatian yg sejati adalah diri sejati yg diakui olehNya, bukan oleh sepihak atau beberapa pihak, kalau kita suka mengakui diri kita secara sepihak bahwa kita benar dan orang lain yang salah (walaupun dengan dalil dari kitab suci sekalipun), maka kesombongan akan bersemayam di dalam hati kita dan jauh dari ridhoNya, iblis akan menguasai hati kita tanpa kita sadari, ibarat kata daun yang hanyut di sungai tapi tersangkut batu dan pada akhirnya daun tsb dipenuhi lumpur dan lama kelamaan membatu sehingga tidak mungkin sampai pada muara menuju lautan tanpa batas. Maka dari itu segala kelebihan kita hendaknya membuat kita semakin tawadhu' atau rendah hati seperti padi semakin berisi semakin merunduk, lha apa kalau kita merunduk terus sampai pada kesejatian sejati? Orang yang serba kelebihan tapi tetap rendah hati maka akan mencerminkan kualitas sujudnya (dalam islam, saat paling dekat pada Allah adalah pada saat sujud pada sholat). Kualitas sujud kita harus membekas di hati kita dan tidak harus pada dahi kita, bekas dari sujud kita di hati adalah sifat tawadhu' yang disertai perbuatan yg tawadhu' pula, perwujudannya adalah perbuatan tanpa pamrih dalam berbuat baik. Pendapat sunan Kalijogo bahwa kelinuwihan yg bertujuan kesejatian diibaratkan daun yg terbawa arus sungai tapi tidak hanyut karena bisa mengendalikan diri hingga menuju lautan tanpa batas, itulah diri yg sejati yg diakui olehNya, yg ikhlas tanpa beban, karena segala kelinuwihan kita walaupun sedikit apabila kita labuh labetkan pada Allah maka kelinuwihan kita menjadi tak terhingga, ibarat angka berapapun dibagi nol akan menjadi tak terhingga, angka adalah kelebihan kita sedangkan ikhlas di ibaratkan angka nol.

Sunan Geseng berpendapat bahwa segala kelebihan sebagai hasil kesejatian kita hendaknya didermakan untuk orang banyak sehingga menjadi sangat bermanfaat, buat apa kita mencapai tingkat spiritualitas tinggi tapi cuma bisa berteori tanpa kerja nyata? tentu saja mubazir bukan? hendaknya kita bisa membantu memberi sumbangan besar di bidang keilmuan yg tentu saja dengan cara yg baik dan sopan tanpa menghujat pihak lain yg berbeda pendapat atau berseberangan. Tapi bagi Sunan Geseng, kelinuwihan adalah hanya bonus dari kesejatian sejati, tanpa mengharap kepadaNya, tapi apabila kita diberi "bonus" berupa kelebihan kita walaupun sedikit, maka wajib diamalkan dan didermakan kepada orang lain tanpa pamrih (sepi ing pamrih rame ing gawe).

Dari pendapat kedua kekasih Allah tsb terkesan berbeda, namun pada hakekatnya memiliki esensi yg sama. Mari kita coba tarik benang merah kedua pendapat tsb. Sunan Kalijogo berpendapat bahwa segala kelinuwihan (harta, ilmu, pangkat, kesaktian) harus bermuara ke kesejatian diri sejati, ketika sampai pada kesejatian sejati maka kita diberi bonus olehNya berupa kelinuwihan lautan tanpa batas (tak terhingga) disambung pendapat Sunan Geseng, bahwa segala "bonus" dari Yang Maha Kuasa hendaknya didermakan dan diamalkan kepada orang lain. Apakah kita bisa meneladani kedua kekasih Allah tsb ? Semoga..

dikutip dari berbagai sumber

Tidak ada komentar: