Terdapat berbagai tingkatan cinta sepanjang jalan menuju sasarannya, yaitu Samudera Cinta Ilahi yang Haqiqi. Perbedaan tingkatan itu terletak pada kualitas menurut kedekatan terhadap apa yang menjadi sasarannya. Ketika seseorang telah mencapai sasaran itu, dia mungkin bisa menerima segala macam hal yang menyakitkan dari orang lain, namun tetap mencintainya. Dia mungkin akan berkata, "Aku mencintaimu demi Allah, tidak untuk alasan yang lain.
Cinta itu tidak akan berubah atau hilang, karena apapun yang engkau lakukan Cinta Allah selalu bersamamu. Engkau bisa bertingkah laku seperti binatang buas, engkau bisa melukaiku, tetapi masih saja Cinta Allah bersamamu, jadi aku juga mencintaimu. Hanya manusia yang terpilih yang dapat merasakannya dan kita berusaha untuk mencapainya. Tetapi, itu sangatlah sulit. Engkau harus mengetahui bahwa ini adalah ujian bagimu dan merupakan kesempatan untuk meraih cintaNya.
“Yang lebih penting daripada ilmu ialah pemindahan ilmu tersebut dari hati ke hati . Kita telah diperintahkan untuk mencintai orang-orang suci. Mereka adalah para Nabi, dan setelah para Nabi, adalah para pewaris mereka, Awliya’. Kita telah diperintahkan
untuk beriman pada para Nabi, dan iman memberikan pada diri kita Cinta. Perjumpaan dengan para awliya meringankan beban kita dan kita akan merasa ringan dan gembira, adalah mustahil bagi kita untuk memahami diri kita. Sekurang-kurangnya kita perlu melihat cermin, karena tiada siapapun yang dapat mengenali kepincangan di dalam dirinya"
“Cinta membuat manusia untuk mengikuti yang ia cintai. ITTIBA’ bermakna untuk mencintai dan mengikuti. Allah Ta’ala menginginkan hamba-hamba-Nya untuk mencintai-Nya. Dan para hamba tidaklah mampu menggapai secara langsung cinta atas Tuhan mereka. Karena itulah, Allah Ta’ala mengutus, sebagai utusan dari Diri-Nya, para Nabi yang mewakili-Nya di antara para hamba-Nya. Dan setiap orang yang mencintai
Awliya’ dan Anbiya’, melalui Awliya’ mereka akan menggapai cinta para Nabi. Dan melalui cinta para Nabi, kalian akan menggapai cinta Allah Ta’ala.”
“Karena itu, tanpa cinta, seseorang tak mungkin dapat menjadi orang yang dicintai dalam Hadirat Ilahi. Jika kalian tak memberikan cinta kalian, bagaimana Allah
Ta’ala akan mencintai kalian?”. “Namun manusia kini sudah seperti kayu kering, mereka menyangkal cinta. Mereka adalah orang-orang yang kering – tak ada
kehidupan! Suatu pohon dengan cinta, bersemi dan berbunga di kala musim semi”. “Tetapi kayu yang telah kering, bahkan seandainya tujuh puluh kali musim semi
mendatanginya, mereka tak akan pernah berbunga. Cinta membuat alam ini terbuka dan memberikan buah-buahannya, memberikan keindahannya bagi manusia.
Tanpa cinta, ia tak akan pernah terbuka, tak akan pernah berbunga, tak akan pernah memberikan buahnya." Jadi Cinta adalah pilar utama paling penting dari iman. Tanpa cinta, tak akan ada iman.
(The Secret of The Heart by Syaikh Hisyam Kabbani)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar