Jumat, 20 November 2009

TAHAJJUD dan MUHASABAH

Waktu yang paling tepat dan cepat mendaki ke langit bagi seorang hamba adalah di tengah malam. Apa yang kita lakukan dalam shalat tahajjud bukan hanya shalat tahajjudnya yang penting, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah melakukan perenungan (muhasabah) di tengah malam, sehingga vibrasi positif malam dapat keluar di tengah malam.

Ada apa di malam hari? Ada apa di tengah kegelapan?
Mengapa Rasulullah Saw. tidak pernah alpa untuk menunaikan shalat malam, tahajjud. Karena, disitulah Allah banyak membocorkan rahasia-rahasia-Nya kepada para hamba yang menjadi kekasih-Nya.
Dalam sebuah hadis dikatakan, “Jikalau tidak setan-setan itu berkeliling, jikalau bukan karena iblis yang menutupi cermin batin kita, niscaya anak adam akan melihat tempat orang-orang suci di langit, malaikat-malaikat berkeliaran di langit.” Bagaimana membuka tabir rahasia sampai kita mampu melihat sesuatu yang tidak dapat kita lihat dengan mata kepala kita, dan orang lain pun tidak mampu melihatnya. Akan tetapi, jika Allah menghendaki, dia pasti akan melihat sesuatu yang sangat berharga bagi hamba-Nya.

Rahasia Tuhan tidak hanya dapat diperoleh oleh seorang Nabi, tetapi juga oleh hamba-hamba manusia biasa. Di dalam diri kita ada sensor yang sangat kuat. Kita semua memiliki energi batin yang dapat menyaksikan rahasia Tuhan. Tentu saja, syaratnya energi batin tersebut harus diaktifkan terlebih dahulu. Sehingga, ia akan bekerja secara luar biasa dalam menangkap rahasia Tuhan, sekalipun dirinya sendiri tidak menganggap hal itu sebagai sesuatu yang luar biasa. Nabi tidak menganggap dirinya luar biasa. Para wali yang dianugerahi keistimewaan tidak pernah menganggap dirinya luar biasa. Akan tetapi kita yang mendengarnya, tentu menganggap sebagai sesuatu yang luar biasa, karena para wali mendapatkan karamah dan Allah SWT. Seseorang yang menganggap dirinya luar biasa, pasti bukanlah dia yang sesungguhnya. Orang suci selalu dipenuhi dengan tawadhu.

Tentunya dalam mengamalkan itu semua, janganlah karena kita mempunyai tujuan-tujuan duniawi, tetapi niatkanlah demi mendekatkan diri kepada Allah, mengagungkan Allah dan memohon ridha-Nya. Kalau kita sudah mengamalkan amalan-amalan dengan konsisten, maka pada saatnya nanti akan ada sensor batin yang diturunkan kepada sensor batin (fakultas-fakultas kejiwaan) kita, sehingga kita dapat menangkap rahasia Tuhan.

Orang yang memiliki batin yang sensitif akan mampu merekam suara-suara langit, dan akan mendapatkan kekhususan-kekhususan bagi hamba-hamba yang dikehendaki-Nya. Dalam sebuah keterangan dijelaskan, “Sesungguhnya Allah memberikan petunjuk bagi hamba-hamba yang dikehendaki-Nya. Allah memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki.”
Dan orang yang mendapatkan hikmah dari Allah akan diberikan kebaikan yang tak terbatas dari Allah Swt. Energi batin lebih dahsyat daripada energi fisik. Demikian juga, hikmah lebih dahsyat ketimbang ilmu. Wariskanlah ilmu dan hikmah kepada anak-anak kita, sebagaimana Lukman al-Hakim mewarisi ilmu dan hikmah kepada anak-anaknya. Lukman adalah figur ayah yang mampu mendidik anak hingga menjadi anak yang saleh.

Dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, dalam diri kita harus selalu ada ar-raja’, yaitu perasan selalu butuh terhadap Tuhan, selalu merindukan Tuhan, batinnya selalu ingin dekat dengan Tuhan. Jika orang selalu berada pada tingkatan ini, maka ia adalah orang yang memiliki hikmah dan dapat mengetahui rahasia Tuhan. Boleh jadi ia adalah orang yang tidak populer di bumi, tetapi ia sangat populer di langit. Banyak orang yang populer di bumi, tetapi tidak dikenal di langit. Orang yang dekat dengan Tuhan menjadi idola para malaikat. Lebih baik tidak dikenal di bumi, tetapi dikenal di langit..

Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA

3 komentar:

Wangsamenggala mengatakan...

Alhamdullilah..saya suka membaca tulisan anda....smoga akan menjadi insan yang kamil...seperti suri tauladan qta Nabi besar Muhamad Saw...amiin..
budi_wdp@yahoo.com

raras mengatakan...

Alhamdulillah..hanya tulisan.. Amiin..semoga anda juga.. Terima kasih.

Anonim mengatakan...

terima kasih, tulisan yang menggetarkan :)