"Dan ketahuilah olehmu bahwa di tengah-tengah kamu ada Rasulullah, kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan, niscaya kamu akan mendapat kesusahan. Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu, serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah ar-Rasyidun (orang-orang yang diberi petunjuk untuk mengikuti jalan yang lurus)". (QS. Al Hujuraat(49):7)
Rusyd pada umumnya diartikan sebagai kecerdasan, kemahiran atau penguasaan yang tepat terhadap bidang tertentu atau menyeluruh, yang meliputi kecerdasan intelektual, emosional, persepsional, spiritual dan adversity (daya juang).
Hal ini merupakan suatu kekuatan dalam diri para Nabi, Rasul, dan Kekasih Allah untuk dapat memahami hakikat segala sesuatu yang bersumber dari nurani, petunjuk, bimbingan dan pengarahan Allah secara langsung atau melalui utusan-Nya yang terdiri dari para malaikat.
Proses pertumbuhan, perkembangan, pendewasaan dan penyempurnaan diri yang mereka alami adalah senantiasa dalam petunjuk, bimbingan dan pengarahan-Nya. Tanpa adanya Rusyd-Nya ini, maka sangat sulit bagi manusia untuk dapat menangkap dan memahami esensi dan rahasia wahyu-Nya, ilmu-Nya, atau apa saja yang terhampar di alam semesta raya ini secara tepat dan benar.
Rusyd adalah hikmah yang diberikan oleh Allah Swt. kepada para Nabi dan Rasulnya, serta kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya sebagai salah satu dari buah kecintaan mereka pada keimanan, dan ketaatan mereka dalam beribadah kepada Allah Swt. Dengan rusyd itu, seseorang dapat bersikap bijaksana, kuat dan tegar dalam melakukan perubahan, perbaikan, pengembangan dan penyembuhan. Dia pun paham dengan rahasia petunjuk dan bimbingan-Nya serta terhindar dari 'kebodohan ruhani'(kekafiran, kefasikan, kemusyrikan, kezhaliman dan kemaksiatan).
Dengan demikian, dia mampu menangkap gejala dan hakikat di balik suatu peristiwa, serta cepat dan tepat dalam menangani segala urusan sesuai dengan petunjuk dan bimbingan-Nya. Merekalah yang dianugerahi gelar oleh Allah sebagai ar-Rasydun..
Indikasi bahwa seorang hamba telah meneladani-Nya dalam sifat ar-Rasyid, diantaranya, bahwa buah pemikirannya mudah dipahami dan diamalkan, dan disampaikan dengan bahasa yang mudah dan menyentuh jiwa serta qalbu walaupun sebenarnya pengetahuan atau ilmu yang disampaikan itu mengandung makna yang tinggi. Jadi seseorang yang memiliki kecerdasan seperti itu, biasanya juga memiliki kemampuan memahamkan orang lain, sehingga sesuatu yang sulit menjadi mudah, atau ia memahami benar kepada siapa ia akan menyampaikan buah pemikirannya.
Rasulullah Saw. bersabda:
"Kami sekalian para nabi diperintahkan untuk berbicara dengan manusia sesuai dengan kadar akal mereka."
Jiwa yang telah berada dalam cahaya petunjuk-Nya akan menjadi cerdas dalam merespon apa-apa yang telah diilhamkan dan didatangkan di hadapannya. Ia akan segera kembali kepada-Nya melalui jalan-jalan keimanan, keislaman, keihsanan, ketaatan, ibadah dan aksi ketauhidan yang nyata dan tepat. Hal itu dapat terjadi semata-mata karena jiwa yang telah menerima nur Rasyid-Nya..
Dikutip dari Quantum Asma'ul Husna (Rachmat Ramadhan al-Banjari)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar