Senin, 07 September 2009

Laylatul Qadr (2)

Pendapat Prof. Quraish Shihab tentang Makna Lailatul Qadr:

Umat Islam sangat bersemangat untuk meraih berkah Lailatul Qadr, apakah semua orang bisa mendapatkannya?

Lailatul Qadr diraih dengan menyucikan diri, memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah dalam berbagai kegiatan positif. Semua orang yang memenuhi persyaratan-persyaratan, siap hatinya untuk dikunjungi oleh lailatul qadr, mempunyai peluang untuk itu. Lailatul qadr itu mirip dengan tamu agung yang datang berkunjung ke suatu tempat. Boleh jadi, sekian banyak orang bahkan ribuan orang yg datang menjemputnya di airport, dia hanya akan datang ke tempat orang yang sudah dia kenal, yang dia rasakan sudah siap untuk menyambutnya. Kalau tidak, tentu Lailatul qadr tidak akan datang.

Apakah ada tanda-tanda khusus dengan datangnya Lailatul Qadr tersebut?
Ada dua. Menurut surat Al Qadr itu, yang pertama Lailatul Qadr ditandai dengan turunnya malaikat. Itu berarti, orang yang memperoleh Lailatul Qadr selalu mendapat bimbingan malaikat. Jadi, dia punya kegiatan positif selalu. Yang kedua, Lailatul Qadr yang digambarkan sebagai salamun hiya hatta mathla'il fajr damai. Artinya, orang itu selalu merasa kedamaian bersama dirinya, memberi kedamaian kepada pihak lain. Itu tandanya yang paling pasti. Dampaknya pada perilaku manusia.

Tapi ada sebagian masyarakat yang beranggapan tanda Lalatul Qadr seperti angin yang berhembus sepoi-sepoi?
Saya kira tidak harus seperti itu. Tanda-tanda fisik riwayatnya berbeda-beda penilaiannya. Sedangkan dua tanda yang kita sebutkan di atas disebutkan di dalam Al Qur'an. Saya lebih cenderung memahami tanda itu dalam pengertian tersebut.

Yang menarik, dalam surat Al Qadr disebutkan Lailatul Qadr lebih bari dari seribu bulan, apa sesungguhnya makna dari seribu bulan itu? Kenapa bukan 83 tahun misalnya?
Sebenarnya kata seribu bulan itu tidak harus diartikan angka yang dibawa seribu, atau satu angka di atas sembilan ratus sembilan puluh sembilan. Seribu bisa berarti banyak dan yang banyak di sana sebenarnya adalah umur seseorang. Umurnya bukan usia.

Memang ada perbedaan antara usia dan umur?
Usia itu keberadaan seseorang di pentas bumi ini. Sedangkan umur itu adalah kemakmuran jiwanya. Jadi, bisa ada orang usianya 70 tahun tapi umurnya baru 10 tahun. Karena kemakmuran jiwanya, Kalau makmur jiwanya itu baru namanya dia punya umur. Orang melakukan umrah seakar dengan kata umur. Nah, itu namanya dia mengisi.

Kalau begitu apa kata dasarnya dari kata umur?
Amara ya'muru ma'mur. Jadi, ini berkaitan dengan amal ibadah.

Di banyak tempat, ada orang sekarang kadang2 demi meraih Lailatul Qadr sampai begadang di halaman? Bagaimana ini?
Saya kira tidak harus. Pokoknya upaya mendekatkan diri kepada Allah itu selalu mengaitkan semua aktivitas dengan Allah. Bisa saja orang itu tidak di masjid, melainkan sedang belajar di rumah, bisa saja orang itu di kantor bekerja. Selama kegiatannya dikaitkan dengan Allah namanya mendekatkan diri kepada Allah.

Termasuk orang yang menjaga malam-malam ganjil?
Itu OK saja, karena memang ada petunjuk Nabi SAW bahwa itu kemungkinannya pada malam ganjil. Namun itu bukan satu kepastian bahwa pada malam ganjil. Mestinya orang ini menyiapkan sejak awal Ramadhan. Bahkan Nabi SAW mengajarkan dari bulan Rajab kita sudah menyiapkan diri untuk memakmurkan jiwa supaya jiwa ini sesuai dengan apa yang dikehendaki dan diinginkan oleh tamu agung yakni Lailatul Qadr.

Ada yang menyebutkan arti dari Lailatul Qadr adalah malam penentuan. Kalau begitu, apa arti malam penentuan tersebut?
Orang yang mendapat lailatul qadar bagaikan ditetapkan oleh Allah jalan hidupnya menuju arah positif. Ini lebih kepada dampaknya yang terlihat, tutur katanya, sopan santunnya, dan sikapnya, bahasa Indonesianya makmur atau yang memakmurkan. Kata dasarnya umur itu berkaitan dengan kemakmuran jiwa. Pernah seorang kakek ditanya berapa umur Anda? Dia menjawab sepuluh tahun. Kenapa? Karena baru sepuluh tahun terakhir ini ia beribadah, memakmurkan jiwanya. Lailatulkadar itu seribu bulan bisa berarti seribu bulan dia memakmurkan jiwanya. Sehingga orang yang mendapatkan Lailaitul Qadr, usianya sedikit tapi umurnya panjang. Bisa juga sebaliknya usianya panjang, umurnya sedikit.

Damanhuri Zuhri, REPUBLIKA - 13 Oktober 2006

Tidak ada komentar: