Senin, 07 September 2009

Laylatul Qadr (1)

Laylatul Qadr yang suci.. Salah satu malam dalam sepuluh hari terakhir, dan malam itu harus dicari, karena Laylatul Qadr adalah malam yang paling berharga sepanjang tahun. Malam yang paling tinggi barakahnya di antara semua malam, karena Allah SWT membuka suatu rahmat dari samudra-samudra-Nya, sehingga Dia memberikannya secara melimpah kepada orang yang mendapatkan malam ini. Siapa yang menghormati malam suci ini tidak akan jatuh ke jurang krisis. Kita akan melihat apa yang akan terjadi setelah malam ini, atau setelah Bayram (Ied). Tidak semua orang mencapainya. Manusia tertidur, dan setelah itu mereka menyesal karena mereka kehilangan malam ini. Sementara itu, yang lain terlihat terjaga, tetapi mereka lalai, dan karena itu mereka tidak melihat apa-apa. Kita memohon agar dapat memperoleh malam suci ini dan dihitung sebagai orang yang berhasil mencapainya…

Bulan ini berlalu demikian cepatnya. Kita berpuasa, tetapi kita bukannya kehilangan, justru vitalitas kita bertambah terus. Jika Islam tidak haqq (benar), bagaimana mungkin suatu perintah sejak 15 abad yang lampau masih tetap berlaku dan satu miliar orang melaksanakan puasa? Jika tidak ada suatu kekuatan spiritual yang sedang dan tetap bekerja sejak 15 abad lalu, tentu Islam tidak akan bertahan hingga sekarang. Ada suatu kekuatan penggerak bagi Islam. Adakah orang yang merasa bosan terhadap suatu mata air yang segar? Saat Bulan Ramadhan dimulai, kalbu-kalbu kita dipenuhi dengan kegembiraan. Jika tidak, tentu mereka bukanlah Muslim.

Kita mencoba untuk memenuhi kewajiban kita, tetapi kita tidak mampu untuk berbuat adil kepada Allah SWT. Betapa jauh diri kita dari melayani-Nya menurut cara yang patut bagi-Nya. Apa yang kita lakukan sebenarnya hanya memiliki nilai simbolik belaka… Apalagi mereka yang di pagi hari tidak melakukan sujud. Tengah hari tidak melakukan sujud. Sore hari, malam dan dini hari tidak melakukan sujud…. Allah Swt telah menyeru manusia untuk salat, dan mereka tidak memenuhi seruan-Nya. Segala sesuatunya dicatat, tidak peduli siapa orangnya dan apa kedudukannya.

Seorang yang beriman, percaya, lalu melakukan sujud, berbuat baik, berpikir tentang akhirat dan beramal serta bekerja untuk Allah SWT. Apakah pelayanan kita adalah untuk Allah Swt atau untuk ego kita. Dan semua orang hidup hanya untuk memuaskan ego mereka saja. Semua hal ini bukanlah tujuan dari hidup kita, kita tidak diciptakan untuk itu. Mereka selalu berdiskusi tentang krisis-krisis ekonomi. Itu adalah suatu perangkap syetan. Kita mengalami suatu krisis religius yang nyata. Orang-orang meninggalkan Allah SWT dan berlari mengejar dunia, sementara dunia berlari menjauhi mereka. Kita juga mengalami krisis dalam adab. Orang-orang tidak lagi menjaga perilaku mereka untuk memperbaiki diri mereka sendiri.

Ada kekayaan yang tampak dan ada pula kekayaan yang tidak tampak. Beberapa orang kaya di dunia, sementara yang lain kaya di akhirat. Mereka yang kaya di akhirat akan selalu memberi. Siapa yang memberikan uang dan hartanya demi Allah Swt tidak akan pernah habis. Dan siapa yang memiliki kedudukan di akhirat akan memberi kepada orang yang mengikuti mereka untuk akhirat…

Bagi setiap orang, akan tiba hari terakhirnya. Setiap orang akan sendiri di kuburnya masing-masing, dan hanya ada kegelapan. Berusahalah untuk meninggalkan tubuh kalian dalam keadaan bersih demi ruh kalian. Adalah penting untuk pergi dalam keadaan suci dan baik, agar Allah menerima kalian dengan baik.
Begitu banyak anak-anak muda di sini, di dalam masjid. Kalian adalah seperti tangkai-tangkai muda yang muncul setelah cabang-cabang tua dipotong dari pohonnya. Islam tidak akan pernah menurun! Abad ini adalah abad Islam, abad Haqq..

Nasihat Mawlana Syekh Muhammad Nazim Adil Al-Haqqani

Tidak ada komentar: